IDENTITAS BUKU
1.
Judul Buku
Bumi
Cinta
2.
Penulis
Habiburrahman
El-Shirazy
3.
Tahun Terbit
2010
4.
Penerbit
Author
Publishing (BASMALA)
5.
Cetakan
Pertama,
Maret 2010
6.
Ukuran Buku
14
x 21 cm, Soft Cover
7.
Tebal Buku
4
cm
8.
Kategori
9.
Jumlah halaman
546
halaman
10.
Harga Buku
Rp
50.000
11.
Ringkasan Isi Buku
Saat itu
di Moskwa sedang musim dingin. Muhammad Ayyas, seorang pemuda dari
Indonesia, bersama dengan temannya yang bernama Devid berada di Moskwa, Rusia.
Mereka saling pangling karena setelah sembilan tahun mereka baru bertemu. Saat
SMP dulu, Ayyas adalah siswa yang paling kecil dan paling kurus di kelas.
Namun, saat ini Devid melihatnya sebagai sosok yang tinggi dan cukup gagah.
Mereka
bersama mencari kendaraan umum agar tidak repot mengangkut barang Ayyas ke
sebuah apartemen. Setelah itu, mereka dihampiri oleh seorang supir taksi. Supir
taksi itu menawarkan Ayyas dan Devid untuk menaiki taksinya. Namun, Devid tahu
jika sang supir taksi ingin mempermainkan mereka dengan menawarkan harga taksi
yang sangat mahal, yaitu 200 dolar. Terjadi tawar menawar harga antara Devid
dengan supir taksi. Devid meminta harga yang murah, namun supir taksi menawarkan
harga yang lebih mahal. Karena itulah, Devid bergegas pergi dan Ayyas
mengikutinya.
Akhirnya,
supir taksi tersebut berkata setuju dengan harga taksi yang ditawarkan oleh
Devid. Ayyas dan Devid memasukkan koper mereka ke dalam bagasi. Sang supir hanya
melihat, sama sekali tidak ada basa-basi membantu mereka menaikkan koper. Mobil
tua yang digunakan sebagai taksi pun melaju kencang.
Di
sepanjang perjalanan, mereka bercerita masa kecil mereka. Ayas bercerita bahwa
setelah SMP, ia melanjutkan ke sebuah pesantren. Saat kelas tiga Aliyah, ia
pindah ke Pesantren Kajoran Magelang yang diasuh Kiai Lukman Hakim. Setelah
lulus pesantren, Ayyas sempat kuliah di IAIN Jakarta sambil mencoba memasukkan
berkas ke Madinah, ternyata Ia diterima di sebuah universitas di Madinah. Saat
SMP, Ayyas sempat dijuluki bandit kecil oleh Bu Tyas, guru Bahasa Inggris
karena kelakuannya yang sangat kelewatan. Ketika Bu Tyas menuliskan soal Bahasa
Inggris di papan tulis, Ayyas menjepret punggungnya memakai karet sehingga
membuat Bu Tyas marah besar. Saat itu, Ayyas mengganggap Bu Tyas adalah
perempuan yang paling cantik yang pernah ia lihat. Saat itu, Ayyas ingin
melihat Bu Tyas marah. Karena itulah, Ayyas menjepret punggung Bu Tyas
menggunakan karet dengan sekuat tenaga. Saat marah, ternyata wajah Bu Tyas
sangat mengerikan. Sejak saat itu Ayyas tidak lagi melihat wajah cantik Bu
Tyas. Ia meminta maaf kepada Bu Tyas, karena saat itu mereka di kelas tiga.
Ayyas takut tidak bisa mengikuti ujian akhir.
Dan
Devid berkata bahwa Ayyas tidak semestinya datang ke Moskwa karena kecantikan
Nonik-nonik Rusia. Menurut Devid, Ayyas dapat rapuh dengan godaan perempuan
Moskwa yang lebih dahsyat dari godaan perempuan di Jawa. Godaan perempuan Rusia
akan terus menguntit bahkan di dalam mimpi. Ayyas merasa apa yang dikatakan
Devid itu benar. Teman-temannya dari Rusia saat kuliah di Madinah beberapa kali
pernah menyampaikan hal yang sama. Sebagian dari mereka memperlihatkan foto
keluarga mereka. Kaum perempuannya jarang yang tidak bermuka jelita. Ayyas memejamkan
mata dan berdoa kepada Allah agar mendapat perlindungan dari fitnah perempuan
Rusia.
Saat taksi
melaju di koltso Sadovaya, Ayyas bertanya tentang kemana Devid melanjutkan
sekolah setelah SMP. Devid menjawab, setelah SMP ia langsung pindah sekolah ke
Bandung karena ayahnya pindah tugas kesana. Selesai SMA, ia kuliah di
Singapura. Di sana, Devid berkenalan dengan mahasiswi Rusia, namanya Eva
Telyantikova yang usianya lebih tua, namun sangat cantik. Devid dan Eva sangat
dekat, mereka hidup satu rumah dnegna cara Barat. Mereka sama-sama lulus.
Ketika Eva pulang ke rusia, tepatnya ke St. Petersbug, Devid mengikutinya dan
meninggalkan kuliah di Singapura. Devid tinggal di St. Petersbug sampai
sekarang. Sekarang, Devid dan Eva berpisah. Eva hidup dengan lelaki dari
Polandia, sementara Devid hidup sendiri. Devid mengakui, ia sudah lama tidak
hidup dengan cara Timur dan menikmati hidup bebas cara Rusia tanpa banyak
aturan seperti di Jawa atau di Arab Saudi.
Sampai di
dekat halte bis, mobil tua itu berhenti dan mesinnya tetap menyala. Tetapi,
Devid mengatakan bahwa apartemen yang mereka tuju berada di Panfilovsky
Pereulok di dekat White House Residence. Lagi-lagi Devid dan sang supir
berdebat tentang tarif taksi karena sang supir meminta biaya tambahan. Akhirnya,
sambil mengomel dan mengumpat, sopir tua itu mengundurkan mobilnya pelan-pelan,
kemudian ke Smolenskaya Pereulok, dan melaju pelan ke utara.
Devid
menunjuk seorang gadis cantik yang terlihat akan memasuki mobil BMW SUV X5
hitam dan mengatakan bahwa gadis itu lebih cantik dari Bu Tyas yang dahulu
dikagumi oleh Ayyas. Ia mengakui gadis Rusia yang ia lihat sekilas itu memang
jelita. Tapi, gadis Rusia yang ia temui di pesawat yang duduk tepat di
sampingnya jauh lebih memesona.
Ayyas
mengucap dalam hati, ia merasa belum sampai ke Moskwa pun ia sudah terjerat
oleh fitnah kecantikan nonik muda Rusia. Ayyas tiba-tiba begitu merasa berdosa
pada Ainal Muna, gadis manis dari Kaliwungu Kendal yang sudah dipinangnya dan
ia telah berjanji untuk setia padanya.
Devid berani
bertanding, bahwa apa yang dikatakannya benar. Namun Ayyas kesal karena Devid
hanya membicarakan tentang perempuan. Tetapi Devid menyindirnya sebagai
pendikte khas Arab. Ayyas mengalihkan pembicaraan, dan tidak meladeni sindiran
temannya yang bernada mengolok-olok itu. Ayyas merasa Devid, satu-satunya orang
yang ia kenal baik di Moskwa tidak susah diandalkan sebagai teman yang akan
mampu menjaga iman dan kebersihan jiwanya. Ayyas hanya berharap, Allah akan
memberikan belas kasih padanya, sehingga ia selamat selama hidup di negeri
komunis yang mulai kapitalis ini.
Ketika
sampai, Ayyas memberikan uang 100 dollar miliknya, dan supir tua tersebut tidak
memberikan kembaliannya. Devid mentertawainya karena Ayyas tidak percaya dengan
perkataannya, namun apa yang ia katakan itu benar terjadi. Ayyas tidak
merelakan uang 50 dolar berada di tangan sang supir karena ia hanya sebagai
mahasiswa, bukan bos. Devid meminta sang sopir mengembalikan uang 100 dolar
milik Ayyas, karena ia mempunyai uang pas 50 dolar. Sang supir mengelabui
mereka dengan mengatakan bahwa uang 100 dolar itu pas dengan harga awal. Devid
mengancam akan memanggil teman-temannya dari Orekhovskaya Bratva akan
menagihnya pada sang supir. Mendengar nama gang Orekhovskaya yang penghuninya
terkenal keji, supir taksi itu ketakutan dan mengembalikan uang yang dimiliki
Ayyas, dan Devid memberikan uang pas yang ia janjikan.
Ketika
akan hendak mengangkat koper menuju kamar Ayyas di nomor 303 lantai tiga, Ayyas
dan Devid bertemu dengan seorang gadis Rusia yang memakai plato merah hati yang
turun agak tergesa-gesa, nama gadis itu adalah Yelena. Dan Yelena bertanya
kepada Devid, apakah benar Ayyas yang disampingnya itu akan menempati apartemen
yang satu lantai dengannya. Devid menangguk tanda bahwa itu benar. Devid
menggoda Ayyas untuk menggunakan kesempatan sebaik-baiknya karena Ayyas akan
tinggal di satu apartemen dengan Yelena. Ayyas marah besar dan mukanya merah
padam, Ayyas mengatakan ia masih waras dan tidak hidup bebas seperti Devid.
Sampai di
tempat yang dituju, yaitu kamar Ayyas, Devid menjelaskan semuanya kenapa ia
mencarikan apartemen untuk Ayyas yang tidak diharapkan oleh Ayyas. Bahwa
apartemen tersebut paling aman dan nyaman yang sesuai dengan anggaran yang
diberikan Ayyas. Biasanya ada satu orang yang satu negara dengan Ayyas dan
teman-teman dari Asia Tenggara, tetapi kali ini tidak ada. Jika Ayyas tinggal
dengan laki-laki, ia merasa tidak ada yang aman untuk Ayyas. Dan tinggal satu
apartemen bersama perempuan adalah alternatif satu-satunya, karena perempuan
masih berpikir ketika akan memasukkan laki-laki ke dalam rumahnya.
Devid
pergi belanja untuk membelikan apa yang dibutuhkan oleh Ayyas, yaitu kartu
seluler, air mineral, teh, gula, susu bubuk, madu, biskuit, gelas, piring,
sendok, sabun mandi, dan deterjen. Dan Devid juga pergi mengurus paspor dan
immigration card milik Ayyas. Ayyas mengambil air wudhu dan langsung shalat dan
mreasa ujian imannya di Moskwa akan berat. Satu jam kemudian, ketika Devid
datang membawa makanan dan barang-barang yang dipesannya, Ayyas tertidur lelap.
Yelena
menangis karena melihat pekerjaannya sebagai pelacur, namun sebenarnya tidak
ada yang dicarinya dan untuk apa dia hidup. Ia merasa tidak bahagia dengan
ribuan dolar dari para hidung belang. Akal sehatnya ingin kembali hidup bersih
sebagai perempuan bersih. Jika ia menginggalkan profesi yang dilakukannya saat
ini, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih menguntungkan.
Yelena
melihat Ayyas membaca Al-Qur’an ketika shalat dengan jelas, dan ia pernah mendengarya.
Iya begitu akrab dengan shalat selama bertahun-tahun, sebelum ia dibuang dari
keluarganya. Dan sejak saat itu ia menjadi agak benci dengan yang namanya
agama, tak terkecuali Islam. Suara Ayyas itu juga mengingatkannya dengan buah
hatinya Omarov. Lalu, Yelena bercerita dengan Ayyas tentang kehidupannya dari
dahulu sampai sekarang. Dan Ayyas kaget, karena Yelena mengatakan hal yang
tidak diperbolehkan dalam agama.
Tiba-tiba
bel berbunyi. Yelena mengatakan bahwa itu pasti Linor, teman satu apartemennya
yang baru pulang dan lupa membawa kunci. Yelena berkata kepada Linor, bahwa
mereka mempunyai teman baru dari Indonesia bernama Ayyas. Dan mereka saling
berkenalan. Namun, setelah mengetahu bahwa Ayyas beragama muslim karena berasal
dari Indonesia, Linor mencela bahwa banyak penganut agama yang menurutnya
primitif tersebut.
Beberapa
hari kemudian, Ayyas yang ditemani Yelena di sepanjang jalan menuju kampus MGU
(Moskovskyj Gosudarstbennyj Universiteit/ Universitas Negeri Moskwa), lalu
mereka berpisah di belakang kampus karena Yelena harus berangkat kerja sebagai
agen wisata. Ayyas melangkahkan kakinya menuju kampus dan menemui Profesor
Tomskii. Ia harus menunggu sang profesor di ruangannya karena sang profesor
belum datang. Ia menemui Profesor Tomskii karena tujuan utamanya ke Moskwa,
Rusia adalah melakukan penelitian tesis magister kepada Profesor Tomskii yang
merupakan ahli sejarah di Rusia. Ketika Profesor Tomskii tiba di ruangannya, ia
mengatakan bahwa ia akan melakukan penelitian Kehidupan Umat Islam Rusia di
Masa Pemerintahan Stalin.
Tetapi
Profesor Tomskii mengatakan bahwa Ayyas akan dibimbing oleh asisternnya, yaitu
Doktor Anastasia Palazzo, karena sang profesor harus pergi ke Istanbul, Turki.
Dengan Doktor Anastasia, Ayyas menceritakan tujuannya mempelajari sejarah.
Hari mulai
gelap. Ayyas melangkahkan kakinya meninggalkan stasiun Prospek Mira. Dan Ayyas
terus berjalan, sampai akhirnya ia melihat kubah bulat di sudut komplek
Olimpiski. Ayyas merasakan kebahagiaan luar biasa bahwa akhirnya ia melihat sebuah
masjid. Ketika memasuki masjid, Ayyas melihat ada puluhan orang yang membaca
Al-Quran karena saat itu tinggal lima menit lagi azam maghrib berkumandang.
Ayyas shalat dua rakaat, lalu mendekati imam, memperkenalkan dirinya kepada
sang imam dan menyampaikan tujuannya berada di Moskwa. Imam itu berasal dari
kota Kazan, Tatarstan, bernama Hasan Sadulayev. Ayyas bercerita tentang
tujuannya di Moskwa. Imam Hasan Sadulayev menawarkan Ayyas untuk menumpangi
mobilnya, karena apartemen yang Ayyas tuju berseberangan dengan tempat
tinggalnya. Lalu mereka berjalan menuju tempat parkiran mobil, dan sang imam
memperingatkan Ayyas bahwa ujian iman di Moskwa tidak ringan.
Ketika
sampai di apartemen, Ayyas berjalan di ruang tengah dan melihat perbuatan
maksiat yang dilakukan oleh Linor dan seorang lelaki bule. Ia masuk ke kamar,
dan mengunci pintunya. Lalu membunyikan murattal sekeras-kerasnya sampai ia
merasa aman. Terdengar pintu kamarnya digedor dengan sangat keras setelah ia
shalat, lalu Ayyas melanjutkan shalatnya, dan pintu kamarnya kembali
digedor-gedor. Selesai salam, Ayyas bangkit dengan kemarahan yang menyala. Ayyas
membuka pintu kamarnya, dan di hadapannya, lelaki bule yang ia lihat di ruang
tengah itu berdiri tegak memelototinya dan memarahinya. Kemarahan Ayyas
berlipat-lipat. Kemarahan bule itu tidak tertahan lagi, ia ingin menghajar
Ayyas sejadi-jadinya, dan menganggap enteng pemuda Indonesia yang pernah
belajar beberapa beladiri itu. Ayyas dapat membaca jurus yang digunakan lelaki
bule muda yang disebut sergei itu, dan melakukan jurus berbeda. Linor yang
menyaksikan hal itu menjerit dan gemetar. Lalu Linor membawa sergei entah
kemana.
Ayyas
bercerita kepada Yelena, bahwa Linor membawa Sergei dan mereka berbuat maksiat,
dan sesudah itu mereka bertengkar. Meskipun Sergei telah ia lumpuhkan, Ayyas
meyakini bahwa masalahnya dengan Sergei tidak akan selesai begitu saja. Dan
Sergei pasti tidak akan tinggal diam dan menggunakan segala cara untuk membalas
dendam. Ayyas berharap semoga tidak ada tetangga apartemen mereka yang
melaporkan kejadian saat ia dan sergei berkelahi.
Keesokan
harinya, saat Ayyas dan Linor terbangun, Ayyas bercerita kepada Linor bahwa ia
khawatir kejadian tadi malam akan diketahui oleh polisi. Linor mengkhawatirkan
polisi akan datang pagi ini. Ternyata dugaannya benar, belum sempat pembicaraan
mereka diteruskan, terdengar pintu diketuk berkali-kali. Ia mengintip dari
lubang pintu, dan berkata tanpa suara mengisyaratkan yang datang adalah polisi.
Yelena meminta Ayyas untuk masuk ke kamarnya, ia duduk dengan pasrah
mengkhawatirkan Linor dan Yelena memfitnah dan mengirimnya ke penjara karena ia
sudah mulai tahu bahwa Linor sangat tidak menyukai dirinya, hanya karena
dirinya seorang muslim.
Polisi
bertanya tentang kekacauan tadi malam yang berada di apatermen Yelena dan
Linor. Linor membantah, dan mengatakan bahwa itu hanyalah kekacauan kecil
karena kecemburuannya kepada pacarnya. Dan membantah itu hanya persoalan kecil
anak muda, dan tidak harus memperbesar masalahnya. Polisi memaafkan kelakuan
Linor dan pacarnya, namun memperingatkan jika lain kali kalau ribut dengan
pacar jangan sampai mengganggu orang lain.
Di kampus
MGU, Dokor Anastasia menunggu Ayyas di dalam kampus. Ia mondar-mandir di ruang
Profesor Tomskii, tidak tahu harus berbuat apa. Ia berkata kepada dirinya
sendiri, karena Ayyas tidak datang, ia terlihat seperti orang dungu. Doktor
Anastasia menganggap Ayyas samasekali tidak menghormatinya sebagai pembimbing,
karena tidak datang tanpa memberi pemberitahuan atau izin. Lalu ia iseng
membuka ponselnya, ada dua SMS masuk, dari Profesor Lyudmila Nozdryova dan
Ayyas. Hatinya langsung berdesir melihat SMS dari pemuda itu, dan langsung
membaca isi SMS Ayyas. Isi SMS Ayyas memberitahukan bahwa hari ini ia tidak
datang ke kampus karena mengalami kecelakaan di apartemen, pundak kirinya
sakit, dan ingin mengobatkan pundak kirinya.
Saat yang
sama, Ayyas berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskwa untuk
mengobati pundak kirinya yang sakit kepada Pak Joko Santo, seorang guru Sekolah
Indonesia yang ahli mengurut. Pak Joko mengetahui, engsel tulang pada pundak
Ayyas tidak pada tempatnya karena terkena benturan atau pukulan benda keras.
Ayyas membenarkan, dan menceritakan kepada Pak Joko bahwa pundak kirinya sakit
karena pukulan orang Rusia dan tadi malam ia berkelahi dengan orang Rusia.
Ayyas berterima kasih kepada Pak Joko karena telah membetulkan pundaknya yang
sakit. Ayyas dan Pak Joko langsung akrab, lalu Pak Joko bertanya banyak hal
kepada Ayyas. Dan Ayyas mengatakan kepada Pak Joko bahwa ia ingin pindah tempat
sewa walaupun mengorbankan materinya, karena di apatermen yang ditempatinya
saat ini ia merasa tidak kuat dengan ujian perempuan.
Pak Joko
mengajak Ayyas keluar makan siang di restoran Lyudi di utara KBRI, tepatnya
menghadap kanal. Tepat selangkah di luar pintu ketika Ayyas keluar dari
restoran, Ayyas melihat Yelena yang sedang digandeng lelaki hitam besar dan
mereka bercengkrama. Ayyas dan Yelena saling menyapa. Lalu Pak Joko menanyakan
kepada Ayyas apakah pemuda itu mengenal Yelena. Ayyas mengaku mengenal Yelena,
sebagai teman satu apatermennya dan Yelena bekerja di agen pariwisata sebagai
guide para wisatawan. Pak Joko menceritakan siapa Yelena sebenarnya, bahwa nama
populer Yelena adalah Lisa Nikolaevna, ia seorang pelacur papan atas. Dan belum
lama ini, Yelena dipakai seorang pejabat dari Jakarta yang berkunjung ke
Moskwa. Mendengar keterangan Pak Joko, tubuh Ayyas langsung gemetar. Perbuatan
Linor yang seperti biang jalang sudah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri,
dan kini ia mengetahui siapa Yelena sebenarnya. Ia tidak bisa membayangkan
apakah ia akan selamat jika terus tinggal bersama dua perempuan yang hidup
sangat bebas. Pak Joko berjanji akan membantu semampunya untuk memindahkan
Ayyas dari apatermen itu. Selesai shalat Zuhur, Ayyas menuju ke kampus MGU,
tepatnya di ruangan Profesor Tomskii untuk membaca dan melakukan kegiatan lainnya,
seperti menyalakan ayat-ayat suci Al-Qur’an pada laptopnya, dan juga shalat.
Di malam
hari, ada seorang perempuan yang dilempar dari mobil yang tak lain adalah
Yelena. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk. Yelena berusaha sekeras-kerasnya
meminta tolong, namun pita ysuaranya seperti sudah putus. Yelena tiba-tiba
dicekam rasa takut yang luar biasa. Yelena meneteskan airmata. Ia merasa sedang
berada di gerbang kematian. Ia sangat takut, ia tidak siap untuk mati. Dan ia
masih ingin hidup. Ia ingat akan ponsel di saku paltonya, untuk menghubungi
polisi ataupun Linor. Tetapi ia seperti tidak bisa lagi bergerak. Ia terus
memaksa tangannya untuk meraih ponselnya. Ponsel berhasil diraihnya, namun ia
ingat sejak siang baterai ponselnya lemah. Ia langsung putus asa. Dalam cemas
dan rasa takut yang tiada terkira, Ia meminta kepada Tuhan agar diberi
kesempatan untuk tetap hidup dan mengulurkan tangan pertolongaNya.
Di ruangan
Profesor Tomskii, Ayyas asyik membaca buku sampai jam sebelas malam. Ayyas
meminta kepada seorang polisi penjaga kampus untuk memperbolehkannya berada di
ruang profesor sampai pagi untuk melakukan riset perpustakaan. Tetapi
polisi itu tidak memperbolehkannya, karena aturan untuk diizinkan menggunakan
ruangan profesor hanya sampai jam sebelas malam. Ayyas berjalan menuju
stasiun Universite, dan menuju stasiun Metro dengan malas karena di
apartemennya ada Yelena dan Linor yang menurut Ayyas udah tidak punya harga
diri dan jiwa kemanusiaan. Sampai di stasiun Arbatskaya, Ayyas turun dan mengganti
metro. Dan ketika keluar dari stasiun Smolenskaya, ia ingin mencari gastromon
(toko makanan yang menjual makanan berukuran sedang).
Ada pemuda
yang bersedia menolong Yelena setelah beberapa orang dimintai pertolongan oleh
seorang ibu yang menemukan Yelena, tidak bersedia membantu. Pemuda itu tidak
lain adalah Ayyas yang kebetulan lewat di sana. Akhirnya Yelena dilarikan ke
rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kalau terlambat sedikit saja dibawa ke
rumah sakit, maka Yelena tidak akan tertolong. Sejak saat itu, Yelena sangat
berterimakasih kepada Ayyas. Bahkan ia mulai mempercayai Tuhan. Kepercayaan
dirinya bahwa Tuhan benar-benar ada semakin mantap setelah menyaksikan dan
mendengar seminar tentang ketuhanan yang diisi oleh cendekia-cendekia Rusia,
termasuk Ayyas salah satunya.
Tidak lama
setelah itu, Devid yang selama di Rusia menganut gaya hidup bebas, merasa tidak
tahan lagi. Ia ingin segera menikah. Ia sempat ingin dinikahkan dengan adik
seorang ustad. Tapi ia merasa tidak pantas. Lalu ia minta tolong Ayyas mencarikan
calon istri untuknya. Ayyas menyarankannya dengan Yelena. Akhirnya Yelena
mengucap dua kalimat sahadat dan memeluk Islam serta menikah dengan Devid.
Mereka hidup bahagia.
Linor
pergi ke Kiev, Ukraina menemui ibunya yang sudah hampir satu tahun tidak
ditemuinya. Ibunya yang bernama Ekaterina Corsova menceritakan siapa Linor
sebenarnya. Linor adalah anak perempuan Palestina dari Salma Abdul Aziz, salah
satu korban dalam pembantaian di Sabra dan Shatila. Linor baru menyadari betapa
jahatnya dia, menjadi agen rahasia Israel yang menjadi bagian dari penyebab
hilangnya nyawa orang Palestina yang ternyata adalah saudaranya sendiri.
Ekaterina menyuruh Linor memeluk agama Islam, agama yang telah dipeluknya
selama setahun terakhir.
Ayyas
nampak bahagia, sejak sore ia sudah resmi meninggalkan apatermennya di
Panvilovsky Pereulok di kawasan Smolenskaya ke Aptekarsy Pereulok di kawasan
Baumanskaya, yang tak lain adalah rumah Pak Joko. Malam itu Ayyas menata
kamarnya sesuai keinginanya. Setelah Pak Joko menyelesaikan tugasnya, ia
memanggil Ayyas mencari makan malam di sebuah restoran. Sampai di depan
restoran, Yelena menghubungi Ayyas dan menanyakan apakah tas milik Ayyas
tertinggal di apartemennya dulu. Tetapi Ayyas tidak merasa, dan mengira tas itu
milik seorang penghuni yang menempati kamarnya sebelum dia.
Pagi hari
sebelum matahari terbit, Ayyas bersama Doktor Anastasia Palazzo menuju ke
sebuah studio karena mereka menjadi pembicara dalam sebuah talkshow “Rusia
Berbicara”. Dalam talkshow tersebut, Doktor Anastasia Palazzo dan Ayyas
berhasil menjawab pertanyaan dengan baik. Namun ketika seorang ibu setengah
baya bermantel cokelat ingin berbicara, tetapi tiba-tiba Direktur Program
memberi isyarat agar acara disela dengan iklan. Karena ada kejadian luar biasa
di Moskwa, yaitu bom meledak di lobby Metropole Hotel, puluhan orang tewas dan
puluhan lainnya terluka.
Beberapa
saat setelah berdebat dengan Ayyas tentang agama yang mereka yakini, tiba-tiba
ponsel Doktor Anastasia berdering. Ada telepon dari Prof. Lyudmila Nozdryova,
Guru Besar Ilmu Bedah Jantung Fakultas Kedokteran. Ia memberitahukan bahwa ada
sebuah berita bom meledak di lobby Metropole Hotel di sebuah stasiun televisi
dan pelaku pemboman tersebut tak lain adalah… Ayyas! Mahasiswa asal Indonesia
yang dibimbingnya. Doktor Anastasia tidak percaya, karena tadi baru saya ia
menyelesaikan acara talkshow “Rusia Berbicara” bersama Ayyas di sebuah stasiun
televisi. Doktor Anastasia berpikir, tidak mungkin satu orang berada di dua
tempat yang berbeda dalam waktu yang sama. Berkat alibi yang sangat kuat, Ayyas
terbebas dari tuduhan tersebut.
Linor sang
agen Mossad yang menyusun rencana untuk membuat Ayyas sebagai pelaku pemboman,
biasanya bersedih karena rencananya gagal, tetapi kali ini ia tidak bersedih
rencana jahatnya kepada Ayyas menjadi gagal, karena Ayyas tidak jadi celaka
karena perbuatannya.
Setelah
mendapatkan informasi yang meyakinkannya, Linor akhirnya memeluk Islam dan
memakai nama aslinya, Sofia. Sofia telah bertemu dengan Ayyas, namun belum
mendapatkan kepastian dari Ayyas pada saat itu. Karena Ayyas tidak langsung
memberikan jawaban, ia pun pamit dan berharap Ayyas bisa memberikan kepastian
keesokan harinya. Saat Sofia sudah berada di halaman depan rumah, Ayyas berubah
pikiran. Ia akan langsung menerima dan menyanggupi untuk menjadi suami Sofia.
Namun Sofia sudah terlalu jauh. Ayyas langsung bergegas ke jendela untuk
meneriakkan bahwa ia sanggup. Tapi Sofia sudah terlihat sangat jauh. Dan di
belakang Sofia, Ayyas melihat ada sebuah mobil hitam yang dikendarai melaju ke
arahnya. Ayyas melihat orang dalam mobil tersebut memegang senjata api. Ayyas
berteriak memperingatkan Sofia. Namun terlambat, Doooorrrrr…. Sofia pun roboh
saat itu juga. Ternyata orang tersebut menembak Sofia. Ayyas langsung terkulai
lemas tak berdaya menyaksikan Sofia yang telah jatuh bersimbah darah. Ia pun
mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa dan kemudian berlari ke arah Sofia
yang telah terkapar. Ia mengangkat Sofia ke pangkuannya. Sofia bersimbah darah.
Ia langsung meminta bantuan untuk membawa Sofia ke rumah sakit.
Tidak lama
kemudian ada seorang ibu yang mengendarai mobil di dekat sana. Ayyas meminta
bantuan kepada ibu tersebut, dan mobil tersebut langsung melaju ke rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama kepada Sofia yang tertembak.
Ayyas sangat menyesal, mengapa ia tidak langsung menjawab permintaan dari Sofia
tadi. Dengan penuh penyesalan, Ayyas menangis terisak. Isakan seorang pencinta
sejati, yang mencintai kekasihnya karena Allah, lalu kehilangan kekasihnya karena
Allah pula.
12.
Resensi Buku
a. Keunggulan
Novel Bumi Cinta memiliki banyak
keunggulan antara lain, gaya bahasa yang dibuat pengarang sangat mudah
dipahami, ringan namun sangat berbobot. Amanat yang disampaikan pun mudah
terserap, karena kecerdasan pengarang yang menuangkan karya dengan membangun
jiwa para pembaca agar memiliki bekal kunci kemenangan orang-orang yang
beriman, manakala musuh besar, terutama musuh yang dapat meluluhlantahkan
keimanan orang-orang yang beriman. Hal ini semua pengarang tuangkan melalui
tokoh utama novel tersebut. Disamping itu banyak pengenalan dan pengetahuan
mengenai kehidupan di Moskow-Rusia, mulai dari bahasa-bahasa Rusia, keindahan
alam dan bangunan, kebiasaan perilaku sampai sedikit informasi mengenai mavia
di Rusia.
b.
Kekurangan
Mungkin novel ini bagi para pembaca
yang telah memahami betul cerita dan amanat dari isi novel ini, merasa ingin
dilanjut kembali ceritanya, dapat dikatakan pengarang seperti sengaja membuat
akhir cerita yang akan dilanjutkan.
Plot cerita terasa sangat datar.
Ketika peristiwa pengeboman terjadi saya berharap ini menjadi klimaks cerita
tentang kedzaliman yang harus dihadapi Ayyas, namun sayang ini sekali ini tidak
kita jumpai. Tokoh Ayyas di sini tidak menghadapi konflik yang berarti alias
bahagia-bahagia saja sepanjang cerita.
c.
Kesimpulan
Sebagai peresensi berdasarkan dari
keunggulan dan kelemahan novel ini, menilai bahwa Novel Bumi Cinta baik untuk
dipublikasikan karena tidak lain novel ini diterbitkan bertujuan agar keimanan
orang-orang yang beriman yang telah dibangun tidak mudah terluluhlantahkan di
mana masa kini, masa yang semakin meluasnya kebebasan hidup (free sex).