Aku pernah gagal memetakan kamu, sebuah kesalahan yang membuat aku tidak habis pikir.
Bukankah cetak biru itu kita sendiri yang mengukir?
Lalu kenapa kamu pergi melipir, meninggalkan detail lesu di sajak-sajak penuh semangat yang dulu kita tulis bersama?
Aku hanya bisa diam, meletakan kuas, dan menggelayutkan pias di sisa hari.
Aku bukan merasa tersakiti, hanya saja ada nista yang mengetuk, membisikkan bahwa kamu telah hilang,
yang tersisa hanya jumlah hari untuk dibilang, serima rindu untuk disunting, dan seribu ragu untuk digugu.
Bukankah cetak biru itu kita sendiri yang mengukir?
Lalu kenapa kamu pergi melipir, meninggalkan detail lesu di sajak-sajak penuh semangat yang dulu kita tulis bersama?
Aku hanya bisa diam, meletakan kuas, dan menggelayutkan pias di sisa hari.
Aku bukan merasa tersakiti, hanya saja ada nista yang mengetuk, membisikkan bahwa kamu telah hilang,
yang tersisa hanya jumlah hari untuk dibilang, serima rindu untuk disunting, dan seribu ragu untuk digugu.
0 komentar:
Posting Komentar